Membiasakan Kejujuran, Nilai Luhur Negeri Ini yang Nyaris Luntur
Sep 18, 2024 2024-09-10 11:07Membiasakan Kejujuran, Nilai Luhur Negeri Ini yang Nyaris Luntur
Ada video pendek dan di-share ke banyak grup WhatsApp (WA) masuk di HP saya. Video ini sederhana. Namun penuh makna. Dalam video itu, ada seorang perempuan berparas lumayan cantik, namun dia memakai rompi juru parkir (jukir). Layaknya tukang parkir, dia menata motor-motor yang ada di depan sebuah kantor perusahaan.
Tak berselang lama, ada seorang lelaki muda berbaju rapi dengan membawa map. Tahu ada orang melintas, ”jukir” tadi dengan sengaja menjatuhkan lembaran uang Rp 50 ribu. Si jukir lalu memanggil si lelaki muda tadi untuk memberi tahu jika ada uang yang jatuh. Dalam video tersebut, lelaki tadi berlagak seolah menjadi pemilik uang itu dan memungutnya. ”Terima kasih,” ucap si lelaki kepada si jukir. Tentu saja, si “jukir” hanya tersenyum.
Tak berselang lama, ada perempuan muda melintas akan masuk ke kantor. Dia juga berpakaian rapi dan membawa map. Seperti pada adegan sebelumnya, si jukir kembali dengan sengaja menjatuhkan lembaran uang Rp 50 ribu. Dan dia memanggil perempuan muda tadi untuk memberi tahu jika uangnya jatuh. ”Maaf Mbak, itu bukan uang saya. Tolong ambil saja,” jawab si perempuan muda tadi.
Si jukir juga tersenyum. Uang Rp 50 ribu diambil si jukir tadi. Sambil berhenti sejenak, seperti ada yang dipikirkan, si jukir langsung masuk ke dalam kantor. Dia menuju ruangan khusus tempat interview calon karyawan baru di perusahaan tersebut. Dan ternyata, dua anak muda tadi, lelaki dan perempuan, adalah calon karyawan yang akan menjalani tes wawancara. Sementara si jukir adalah bos di perusahaan itu. ”Sekarang tidak perlu ada wawancara. Silakan yang lelaki tinggalkan ruangan ini. Tes sudah selesai,” jawab bos dengan ketusnya.
Hikmah dari video itu adalah, begitulah cara perusahaan menguji calon karyawannya. Pertama yang dites adalah tingkat kejujuran. Ketika seseorang sudah tidak jujur, maka tidak ada negosiasi. Dia langsung ditolak. Bos perusahaan tidak lagi melihat skill yang dimiliki.
Nilai sebuah kejujuran atau integritas begitu penting. Karena dari kejujuran inilah, sebuah negara bisa cepat maju atau tidak. Apa kaitannya? Sangat berkaitan. Jika suatu negara yang rakyatnya, pejabatnya banyak yang tidak berintegritas, sulit mendapatkan kepercayaan dari negara lain.
Para investor yang akan masuk juga enggan. Bahkan karena nilai kejujuran rendah, potensi tingkat korupsi menjadi tinggi. Karenanya, bersikap jujur harus dibiasakan sejak dini. Pendidikan dari tingkat dasar seharusnya menanamkan karakter kejujuran ini.
Tingkat kejujuran di negeri Indonesia sudah nyaris luntur. Dari data yang dikeluarkan Transpecency International, Indeks Persepi Korupsi Indonesia masih rendah: 43 poin. Masih jauh di bawah Denmark (90 poin), Finlandia (87 poin) Selandia Baru (85 poin).
Untuk urusan kejujuran, kita perlu belajar dari Jepang. Seperti yang dilansir Tirto.id, Jepang merupakan negara dengan tingkat kejujuran paling tinggi sedunia. Di sana, di sejumlah kota ada lembaga namanya Lost and Found Center .
Ini adalah pusat tempat barang-barang hilang. Jenis barang hilang beragam. Mulai uang, payung, syal sampai sarung tangan. Ketika ada warga yang kehilangan barangnya, biasanya mereka langsung datang ke Lost and Found Center. Dan kebanyakan, barang yang hilang akan ditemukan. Di regulasi Jepang, siapa saja yang menemukan barang orang lain dan menyerahkan ke Lost and Found, berhak mendapat imbalan resmi.
Sekali lagi, pendidikan sejak dini menjadi kunci agar lahir mental-mental generasi yang jujur. Ke depan, negara ini butuh orang-orang yang jujur. Tidak sulit melahirkan generasi yang cerdas. Namun untuk mencetak orang yang jujur, butuh pola khusus dengan durasi waktu yang panjang. Mari kita semua bersama-sama membangun negara ini dengan membentuk generasi-generasi yang jujur. (CF)