Blog

Melatih Kecerdasan Sosial, Ubah Sikap Individualistis

image4
Teaching Methodology

Melatih Kecerdasan Sosial, Ubah Sikap Individualistis

Kerap kita dengar di berbagai forum jika sistem pendidikan di negeri ini belum baik-baik saja. Pola pengajaranย  sejak anak usia dini juga masih belum menghasilkan karakter anak bangsa yang sepenuhnya baik.ย  Apakah benar seperti ini? Ada perbadingan menarik antara pendidikan di Indonesia dan Finlandia mengutip penjelasan dari Desiree Luhulima, mantan dosen Universitas Indonesia yang kini jadi guru Bahasa Indonesia di Finlandia.

 

Di sana, ungkap Desiree, ada perubahan besar pola pendidikan sejak 1990-an. Tidak ada mata pelajaran tertentu sejak TK sampai kelas 3 SD. Pelajarannya hanya bermain saja. Metode belajarnya hanya bermain. Guru tidak mengajar, tapi mendidik karakter.ย  Kenapa begitu? Karena Finlandia punya pengalaman kurang baik bidang pendidikan. Dulu pola pengajaran hanya mengedepankan pada prestasi individu melalui berbagai kompetisi.

 

Sehingga yang dicari adalah juara individu. Bagi anak yang tidak bisa juara dianggap tidak pintar. Apa yang terjadi dari sistem model ini? Sikap individualistik rakyat Finlandia begitu tinggi. Mereka saling terpisah dari teman, menjauh dari tetangga dan komunitas. Karena mental yang terbangun sejak kecil adalah berkompetisi bagaimana mengalahkan teman-temannya. Tidak ada yang namanya sikap toleransi, saling tolong menolong atau gotong royong. Padahal warga Finlandia saat menghadapi cuaca ekstrem, sangat butuh orang lain untuk saling bantu.

 

Perubahan sistem pendidikan itu yang dicapai adalah menghasilkan kecerdasan sosial, tidak fokus pada akademik. Bagaimana siswa ini dibiasakan untuk merasa butuh dengan temannya. Rasa kepekaan (respek) terhadap teman yang dibangun sehingga karakter itu bisa terbawa sampai dewasa. Karena itu pada 2000, sistem pendidikan di Finlandia dinobatkan meraih peringkat pertama sedunia mengungguli Korea Selatan dan Jepang versi Program for International Student Assessment (PISA).

 

Belajar dari Finlandia, apa sebenarnya yang perlu diambil untuk negara kita? Saya kira pendidikan karakter sejak dini harus terus didorong. Karena ini sesuai dengan nilai Pancasila yang bisa melahirkan sikap gotong royong, tepo sliro dan lainnya. Perubahan secara mendasar dan bertahap pun perlu dipertimbangkan. Selama ini, ada kecenderungan sekolah belum maksimal melatih siswanya untuk kritis.

 

Belum banyak ruang bagi siswa untuk bertanya banyak hal. Masih saja ada anggapan, siswa yang banyak bertanya dianggap negatif. Belajar dari Finlandia, mari beri banyak ruang anak-anak kita untuk berkreasi positif. Asah mereka dengan kemampuan di bidangnya masing-masing sehingga muncul kreativitas dan kecerdasan sosial yang seimbang. Kesempatan itu masih ada. Sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia luar biasa. Tinggal bagaimana kita mengarahkannya. Ayo Gemilangkan Indonesia. (CF)

 

Tulisan ๐——๐—ฟ. ๐—œ๐—บ๐—ฎ๐—บ ๐— ๐˜‚๐—ต๐—ฎ๐—ท๐—ถ๐—ฟ๐—ถ๐—ป ๐—˜๐—น๐—ณ๐—ฎ๐—ต๐—บ๐—ถ ๐—ฆ๐—›, ๐—ฆ.๐—ฃ๐—ฑ, ๐— ๐— 

Jaringan Indonesia Berdaya

Penerima Anugerah Insan Pancasila dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila 2024.

Select the fields to be shown. Others will be hidden. Drag and drop to rearrange the order.
  • Image
  • SKU
  • Rating
  • Price
  • Stock
  • Availability
  • Add to cart
  • Description
  • Content
  • Weight
  • Dimensions
  • Additional information
Click outside to hide the comparison bar
Compare